Sabtu, 26 November 2011

Menikah (memang) Tidak Mudah, Tapi Indah

Saturday, November 26, 2011 at 3:22pm
Menikah sebuah fitrah manusia yang dikemas oleh agama dengan demikian indah dan cantiknya. Ketika dua insan manusia yang berlainan jenis telah mengucapkan ijab qobul dihadapan penghulu dan saksi, maka resmilah keduanya menjadi suami istri. Maka ucapan selamat dari sanak saudara, handai tolan dan sahabat pun terlontar, "Selamat menempuh hidup baru".
Mengapa selamat menempuh hidup baru? Sebab ketika ijab qobul telah terucap segalanya berubah. Kita tidak lagi sendiri, namun 2 orang anak manusia yang telah menjadi satu dalam sebuah ikatan : Pernikahan.

Bak bahtera dalam lautan, ia tak akan selamanya tenang. Ada ombak, karang dan badai disetiap alur perjalanan. Demikian juga sebuah pernikahan, tak seindah teori tentang pernikahan, saling menyayangi, saling pengertian, saling bahu membahu dalam kesulitan, dan saling-saling lainnya. Namun itulah seninya sebuah pernikahan. Tantangan, kerikil, karang dan badai yang datang adalah penguat jalinan dan pengokoh kesetiaan.

Di awal pernikahan semua tampak indah, maka orang pun mengatakan "bulan madu". Bulan yang manis, dimana masing-masing dari diri ingin membahagiakan pasangan pilihan hatinya. Semua indah dan mempesona.
Satu tahun perjalanan mungkin riak-riak gelombang mulai mengayun-ayun bahtera rumah tangga. Setiap pasangan pasti merasakan sebuah tahap pengenalan pribadi yang seutuhnya, pribadi yang apa adanya. Beserta semua kekurangan dan juga kelebihannya.

Dua pribadi berbeda, yang dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda, tentu saja menimbulkan banyak perbedaan antara keduanya, suami dan istri. Awalnya sulit menyamakan perbedaan itu, bahkan terkadang tidak mungkin untuk disamakan. Maka solusinya adalah menyelaraskan perbedaan itu agar terjadi sebuah keharmonisan.
Saling mengisi disetiap kekurangan. Menyatukan semua kelebihan. Sehingga terjalin sebuah harmoni.

Perbedaan dalam keluarga wajar, pertengkaran pun adalah bumbu-bumbu penyedapnya. Maka jangan mengambil keputusan ketika kita sedang marah dan bertengkar dengan suami/istri kita. Ketika pasangan kita marah, salah satu harus bisa diam. Diam dalam arti yang sesungguhnya. Baru ketika pasangan kita reda marahnya, ungkapkan argumen-argumen. Bukan pembelaan diri, tetapi fakta apa yang terjadi. Dan jangan pula kita gengsi untuk mengucapkan maaf pada pasangan hidup kita. Karena saling memaafkan adalah indah.

Akhirnya, sebuah pernikahan bukan sebuah "paket liburan", untuk sesaat dan penuh keindahan. Sebuah pernikahan adalah sebuah perjuangan untuk "membangun sebuah istana". Butuh pengorbanan, pengertian dan kerjasama dalam merakitnya. Maka, pengertian, komunikasi dan kesetiaan adalah amunisi yang selalu harus disediakan sampai akhir garis finish perjuangan.

Senandung nasyid lama pun melintas dalam ingatan :

"Berbahagialah mereka, yang tlah menemukan fitrahnya
 Untuk membentuk keluarga yang sakinah...
 Menikahlah engkau segera bila saatnya telah tiba
 Jangan jadikan alasan untuk menunda.... "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar