Senin, 10 September 2012

Mengapa ku Pinta Maharnya Surat Ar Rahman

on Saturday, August 4, 2012 at 9:43am ·

Mungkin sampai saat ini, engkau masih bertanya-tanya mengapakah waktu itu ku pinta padamu sebagai maharku hafalan surat Ar Rahman.
Karena sampai saat ini belum pernah kuceritakan padamu apa yang menjadi alasanku melakukan itu.

Dulu, ketika aku baru saja lulus SMA, seorang teman mengajakku mengikuti sebuah acara di UNS untuk anak Rohis. Sebelumnya aku enggan berangkat karena aku telah lulus sekolah. Namun karena masih ada satu quota dari sekolahnya yang belum terisi akhirnya kuputuskan untuk mengikutinya.

Acara demi acara kuikuti dengan seksama. Subhanalloh, seperti membuka mata dan hatiku kembali setelah agak lama terkunci. Dan saat yang sangat luar biasa bagiku terjadi malam itu.
Saat kami dibangunkan sholat malam.
Di masjid Nurul Huda kami berdiri bersama. Suasana menjadi syahdu saat imam mulai membaca surat al Fatihah.
Suaranya begitu indah dan merdu. Penuh penghayatan.
Hingga ketika sebuah surat dibacakan hatiku semakin bergetar...
"Ar Rahman... 'Alamal quran...Kholaqol insaan...'alamahul bayaan.."

Masya Alloh surat apa ini, baru pertama ku dengar.
Meski hanya sepotong-potong yang kupahami, namun mampu membuat hatiku semakin tak menentu.
Semakin lama semakin kuat bergetar hatiku. Dan tanpa kusadari air mataku jatuh sendiri.
Ku coba menahan agar tangisku tak keluar namun membuat tubuhku ikut bergetar.
Semakin kuat hingga seperti orang kedinginan. Dan isak pun tak mampu lagi ku tahan.

Dan di setiap ayat "Fabiayyi'alaairobbi kumaa tukaddzibaan..." di lafadzkan dengan getar dan isak yang ditahan seperti menusuk hati dan jantungku. Membuat ku merasa sangat kecil, lemah dan tak berdaya.
Seperti sedang dihakimi dihadapanNya. Membuatku semakin dalam tersungkur dalam sujud panjang.
Sepanjang sholat malam air mataku tumpah ruah, menyadari begitu besar kasih dan cintaNya.
Sedang aku selalu menduakanNya.

Sampai subuh usai, air mata tetap mengalir menganak sungai.
Meski tak ada lagi isak menyertainya. Ia jatuh dengan sendirinya bersama sesal atas segala shilaf dan alpa.
Saat itu azzam terpatri dalam hati, tak akan lagi kubiarkan diri dalam kesiaan yang tak pasti.
Akan kuserahkan hidup dan mati di jalan Illahi.

Sebuah keinginan pun muncul dalam hati, pada siapa pun nanti yang akan menjadi pendamping diri dalam jalan dakwah ini ku pinta sebagai maharnya hafalan surat Ar Rahman.
Sebuah harap terbersit sifat Ar Rahman bersemayam dalam jiwanya.
Karena aku sadar dengan segala kekurangan diri, hanya dia yang sabar dan penyayang yang mampu membimbingku meniti jalan dahwah ini menuju jannah Illahi.

Itulah mengapa ku pinta padamu maharnya hafalan Surat Ar Rahman,,...

Semoga Alloh selalu merahmati keluarga kita.
Aamiin

(H-19)