Kamis, 19 Juli 2012

Raih Ramadhanmu

on Friday, July 20, 2012 at 11:23am ·

Bulan Ramadhan telah di depan mata. Sekian lama menunggu akhirnya datang juga.
Selayaknya kita mempersiapkan diri agar dapat meraih manfaat dan hikmah dari bulan mulia,
sehingga bukan hanya lapar dan dahaga saja yang kita dapatkan. Alangkah meruginya.

"Betapa banyak orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang shalat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja"
(HR. An Nasai)

Namun, jangan pula ghiroh (semangat) yang ada kita habiskan diawal puasa.
Ibarat pepatah Jawa, "obor-obor blarak".
Blarak adalah daun kelapa kering, yang jika di obong (di bakar) langsung terbakar. Menyala-nyala, namun hanya sebentar saja, lalu padam seketika.
Semangat di hari-hari pertama lalu kehabisan tenaga dipertengahannya.

Tak perlu menghabiskan energi berlebih, sekemampuan kita. Tapi meningkat dari hari ke hari.
Misal dhuha biasanya hanya 2, jangan lansung 8. Qiyamul lail biasanya 2, jangan langsung 8. Rawatib pun biasanya hanya 4 rakaat jangan lagsung 12.
Tambah 2 rakaat di awal Ramadhan, dan terus meningkat, tambah 2 lagi, tambah 2 lagi.
Begitu agar semangat tak habis di awal "perjalanan"

Tilawah quran pun juga perlu diatur waktunya.
Misal target Ramadha ini 3 kali khatam, maka bagi per harinya berapa yang harus kita selesaikan.
Bagi ikhwan tidak begitu sulit. Tapi bagi akhwat terutama yang telah berkeluarga harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang ada.
Ukhti, Ramadhan kita untuk tilawah tinggal 22 hari, betul?
Maka jika target kita 3 kali khatam = 30 juz : 22 hari = 4,2 juz per hari.....
Masya Alloh??? Sanggup? Insya Alloh.

Sekali duduk 4,2 juz tentu sangat berat. Tanpa tahsin dan tubruk sana sini rata-rata satu juz sekitar 45 menit sampai 1 jam. Maka agar tak terasa memberatkan, tiap habis sholat kita ambil waktu setengah jam untuk tilawah quran. Sisanya kita selesaikan malam sehabis taraweh. Dan jangan menumpuk PR buat dibaca  besok hari.
Karena akan menambah beban di hari berikutnya. Jadi, satu hari azzamkan 4 juz lebih 2 halaman. Harus!

Kerja sama para suami pun turut andil dalam menyukseskan target Ramadhan istri.
Jangan egois mengejar target sendiri. Gantian tilawahnya agar semua mendapat keberkahan Ramadhan mulia.
Beri waktu istri untuk tilawah sejenak, gantian sang suami menjaga anak-anak sambil membaca iqro.
Subhanalloh... Indahnya Ramadhan.

Jangan sampai ada waktu yang tersia. Mari kita manfaatkan dengan mengatur agenda agar tak ada penyesalan di akhirnya.

Marhaban ya Ramadhan....

Azzamkan dalam hati, "Ramadhan kali ini adalah milikku"

Kusambut Hadirmu Sepenuh Jiwaku

on Saturday, July 14, 2012 at 2:50pm ·

Tak terasa tamu Agung yang ditunggu hampir tiba. Insya Alloh, 6 hari lagi bulan Ramadhan tiba. Bulan Agung, bulan mulia. Bulan dicurahkan rahmat, maghfiroh dan syurganya Alloh, bagi hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa.

Menyambut bulan Suci lagi mulia ini, apakah yang telah kita persiapkan untuk "menjamunya"?
Ataukah cukup berlalu hari seperti biasanya?
Tanpa persiapan dan apa adanya?

Alangkah naifnya kita jikalau seorang tamu mau berkunjung ke tempat kita dan kita tak menyediakan sesuatu apapun juga. Tidak mungkinkan?
Lalu apa yang telah kita siapkan untuk menyambut ramadhan mubarak?

1. Persiapan Jasmani
Siapa bilang ramadhan tak membutuhkan jasad, jasmani yang kuat. Sangat.
Dengan kondisi prima, kita bisa melakukan amalan-amalan wajib di bulan ramadhan. Juga amalan-amalan sunahnya.
Siang bekerja, dengan rasa lapar. Jika tak terbiasa menjadikan tubuh lemas tak berdaya.
Malam tarawih, qiyamul lail (meski ada yang mengabung jadi satu), tadarus al quran, semua membutuhkan kekuatan fisik yang prima.
Jadi, siapkan fisik kita dari sekarang yaa,,, (meski sudah agak terlambat)

2. Persiapan Rohani
Mempersiapkan rohani, hati kita agar tak gagap menyapa ramadhan.
Bisa kita mulai dengan puasa sunnah senin-kamis, qiyamul lail pada malam harinya, tilawah quran kita seringkan juga berusaha menghapalkan.
Hati kita akan tertata bahkan merindu saat-saat hadirnya tiba.
Kerinduan yang dalam ketika berbuka dan merasakan tegukan pertama yang begitu melegakan,
terasa sampai ke hati.
Kerinduan yang mendera ketika berdiri qiyamul lail, kita tak hanya sendiri namun bershaf-shaf saudara-saudara kita turut rukuk bersama.
Kerinduan kumandang quran dari masjid dan surau sahut bersahutan.
Rinduku ya Ramadahan....
Menata hati agar cahaya Illahi meresap masuk ke sanubari saat fajar Ramadhan berseri

3. Persiapan Lingkungan
Rumah dan lingkungan kita tata dan persiapkan. Bukan ketika lebaran akan datang.
Nanti habis waktu kita yang harusnya kita gunakan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Juga persiapan pernak-pernik lebaran sebaiknya mulai dari sekarang disiapkan.
Baju baru mungkin, terutama yang memiliki anak kecil.
jadi ketika 10 hari terakhir kita bisa konsentrasi untuk ibadah.
Bukan berdesak-desakkan di mall untuk membeli baju baru.

Semoga dipanjangkan usia kita, hingga sampai padanya.

Marhaban ya Ramadhan....

Kamis, 05 Juli 2012

Rindu Kami Padamu tak Bertepi

on Thursday, July 5, 2012 at 9:59pm ·

Mengawali persahabatanku dan penyatuanku dengan Islam ketika ku baca buku 60 Kharakteristik Sahabat Nabi.
Sebuah buku tebal dengan alih bahasa melayu yang agak asing bagiku.

Membaca buku itu membuatku "gila". Tertawa, tersenyum sendiri ketika menjumpai hal-hal lucu.
Dan menangis ketika menemukan kisah-kisah haru sahabat bersama Nabi Muhammad SAW.
Manusia yang sangat dicintai, dikagumi, dan dibanggakan oleh para sahabat.
Hingga nyawa pun mereka korbankan untuk membelanya.

"Abu Bakar, mengapa engkau menangis?" tanya nabi ketika mereka bersembunyi di sebuah gua pada peristiwa hijrah.
Abu Bakar menjawab, "Kakiku di gigit ular ya Rosululloh, aku takut Engkau terbangun maka aku diam saja"
Abu Bakar menahan sakit sampai air matanya mengalir dan menetes pada pipi Rosul  yang tidur di pangkuannya.

Sepotong kisah, ketika sepasukan kaum muslim tertangkap dan akan digantung, mereka ditanya, "Maukah kalian aku bebaskan dengan ganti Muhammad di posisi kalian?"
Dengan lantang panglima muslim menjawab,"Rosululloh tertusuk duri pun kami tak rela apalagi menganti posisi kami".

Subhanalloh, manusia agung seperti apa yang bisa begitu dicintai sahabat-sahabatnya.
Hingga membawaku masuk dan menyelam untuk tahu lebih dalam.
Dan kutemukan jawabnya.

Meski jauh jarak dan waktu namun getar cinta itu begitu terasa tiap membaca kisahnya, membaca kalam-Nya.
Rasa itu pula yang ingin kubagi kepada adik-adik saat sebuah acara jumpa siswa baru dulu di kotaku.

Saat Outbond di pos terakhir, kami setting menjadi acara benteng pertahanan Nabi.
sebuah lingkaran pagar betis dari adik-adik dan kami katakan Rosululloh ada di dalam lingkaran.

Tak sulit bagi kami mengkondisikan mereka karena semalam telah kami putarkan film tentang perjuangan nabi dan para sahabat.
Teriakan kami mulai memanaskan suasana.
"Nabi ada di dalam lingkaran ini adik-adik, relakah kalian jika ia terluka?! Relakah kalian jika ia terkena lemparan batu kami?! Relakah kalian jika ia kami sakiti?!

Suasana kian panas, lemparan bom air kami, rela mereka terima agar tak bisa masuk lingkaran.
Dan ketika aku berhasil menerobos pagar betis itu, tiba-tiba tanganku ditarik.
Dan diluar dugaan, aku di banting, keras!

Masya Alloh, kulihat beberapa teman pun mulai adu 1 lawan 1. Sebelum suasana tak terkendali, kami hentikan dengan teriakan, cukup dhek sadar, istighfar, karena kulihat adik tadi begitu liar.

Perlahan ia mulai sadar, dan memelukku sambil menangis. Gemuruh itu kurasakan.
Sebuah kecintaan dan tak relaan ketika kekasih hati ingin disakiti.
Meski belum pernah berjumpa, meski belum pernah menatap wajahnya.

Dan di akhir acara, ketika penutupan telah selesai, ia hampiri aku, menjabat erat tanganku seraya berkata, "ana uhibbuki fillah".
Subhanalloh....

Ya rasululloh,, rindu kami padamu tak bertepi

Filosofi Jari Tangan buat Sepasang Pengantin

on Wednesday, July 4, 2012 at 4:18pm ·

Memasuki "dunia baru" begitu biasa kita menamai pada pasangan yang baru saja mengikrarkan janji di depan seorang wali dan seorang penghulu.
Hidup yang selama ini dijalani sendiri, kini telah ada teman disisi yang menemani.
Segalanya memang serba "baru"

Agar tak gamang dalam menapaki, ikuti filosofi dari jari-jari yang ada di tangan kita.

1. Filosofi Ibu Jari = Jempol

Jangan pelit untuk mamberi pujian.

Bagi pengantin baru, jangan malu-malu memuji pasangannya. Mungkin masakannya, penampilannya, atau apapun.
Meski kadang pujian itu tidak seperti pada kenyataannya.
Misal, masakan sang istri sebenarnya asin, jangan dikatakan, katakan saja "Masakan adhek enak"
Bohong demikian diperbolehkan dalam islam.
Buat pasangan lama pun harusnya juga demikian.

2. Filosofi Jari Telunjuk

Suami jangan hanya suka memerintah

Tetapi kedepankan sebagai teladan. Tak ada salahnya membantu pekerjaan istri jikalau sedang berada di rumah.
Tak mesti harus selalu dilayani, tetapi lihat juga kondisi istri.
Misal, istri sibuk memasak suami membuat minum sendiri, atau bahkan membantu mencuci.
Rosul saja mencuci baju dan menjahitnya sendiri.

3. Filosofi Jari tengah

Jadilah ditengah-tengah, adil tidak berat sebelah.

Ketika perjalanan waktu, rumah tangga tak seindah diawal perjalanan.
Saat itulah kedewasaan kedua pasangan diuji.
Ketika menghadapi masalah, bersama dihadapi.
Bukan sedikit-sedikit ngambek dan pulang ke rumah orang tua.
Berita apa pun yang diterima diluar, ditabayunkan, dicros-cek ulang.
Bukan malah mengikuti apa-apa yang dikatakan orang.

4. Filosofi Jari Manis

Selalu bersikap manis.

Menyenangkan hati pasangan. Diawal-awal hal ini mudah dilakukan, namun sekian lama waktu berjalan hal ini mungkin mulai dilupakan.
Menjaga sikap agar suami atau istri merasa nyaman. Senyum selalu dikedepankan juga kata-kata dipilih yang manis.
Sehingga keluarga yang sakinah mawaddah warahmah (+barokah) bisa terbina sampai akhir.

5. Filosofi jari Kelingking

Selalu bersikap baik, tidak hanya pada pasangan tetapi juga pada keluarga besar serta meminimalkan keburukan meski kecil.

Hakikat pernikahan adalah menyatukan dua buah keluarga besar.
Sehingga tak ada lagi istilah "mu" dan "ku". Yang ada adalah kita.

Jika jari ini dibalik maka artinya jelek, menghina dan melecehkan.
Jadi jangan sampai kita terbalik-balik dalam bersikap.
Keutuhan dalam berumah tangga itu yang utama
 
Semoga kita bisa menerapkan filosofi ini dalam kehidupan berumah tangga kita.
Aamiin