Kamis, 17 November 2011

Dalam Pandangan Siapa

Bumi yang maha luas ini berisi jutaan ribu manusia. Setiap manusia dikaruniai oleh tuhan bekal jasad, ruhani dan akal. Meskipun tidak semua manusia memiliki semua itu secara sempurna.

Manusia yang dikaruniai panca indera berupa mata pasti akan menilai apa yang dilihatnya. Bahkan mereka yang tidak memiliki indera penglihat pun juga bisa merasakan dan menilai meski lewat indra pendengar dan perabanya.

Betapa menderitanya kita jika dalam hidup ini setiap langkah dan gerak yang kita lakukan harus mengikuti "apa maunya" manusia. Karena begitu banyak manusia yang ada di sekitar kita dan tentu saja mereka memiliki "cita - rasa" yang berbeda-beda.

Mari, kita lihat kisah seorang ayah dan anak yang diceritakan oleh Rosululloh.

Alkisah, seorang ayah dan anak ingin menjual keledai ke pasar. Maka kedua orang itu pun berangkat dengan menuntun sang keledai. Di tengah jalan seseorang mencemooh mereka "Lihatlah orang dungu, ada keledai kok di tuntun, tidak dinaiki". Sang ayah mendengar itu kemudian menyuruh anaknya untuk menaiki sang keledai. Belum lama berselang, mereka bertemu kembali dengan seseorang "Anak tidak tahu diri, ayahnya dibiarkan berjalan sedang dia enak-enakkan naik keledai".
Mendengar itu sang anak pun mempersilahkan ayahnya untuk naik keledai. Lagi-lagi ada yang mencemooh, "Ayah tidak tahu diri, anaknya malah di suruh berjalan kaki".
Keledai pun dinaiki berdua, ayah dan anak, karena mendengar cemoohan tadi. Namun belum jauh berjalan ada lagi orang yang berkata, " Manusia tidak punya rasa kasian, keledai kecil dinaiki 2 orang".
Akhirnya, karena binggung sang ayah dan anak itu pun memanggul keledai itu sampai ke pasar. Meski ditertawakan oleh orang-orang.

Ketika dalam hidup ini kita selalu mengikuti "apa kata orang", "bagaimana penilaian orang" maka kita akan semakin kehilangan jati diri kita.

Pandangan manusia selalu berubah. Ketika kita punya kedudukan, harta dan dunia, semua orang pasti memuji dan menyanjung kita. Namun jika dunia meninggalkan kita, manusia pun akan berlari menjauh bahkan "memukul" dan memusuhi kita.

Harta, pangkat, jabatan tak ada yang abadi. Maka dalam pandangan siapa akan kita perbaiki diri kita ini?

Hanya pandangan Alloh-lah yang kekal abadi. Maka mari kita perbaiki diri kita dalam pandangan Nya.

Boleh jadi kita tidak dianggap sebelah mata dalam pandangan manusia, tapi begitu mulia dihadapan Alloh.

Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar