Sabtu, 26 November 2011

Menikah (memang) Tidak Mudah, Tapi Indah

Saturday, November 26, 2011 at 3:22pm
Menikah sebuah fitrah manusia yang dikemas oleh agama dengan demikian indah dan cantiknya. Ketika dua insan manusia yang berlainan jenis telah mengucapkan ijab qobul dihadapan penghulu dan saksi, maka resmilah keduanya menjadi suami istri. Maka ucapan selamat dari sanak saudara, handai tolan dan sahabat pun terlontar, "Selamat menempuh hidup baru".
Mengapa selamat menempuh hidup baru? Sebab ketika ijab qobul telah terucap segalanya berubah. Kita tidak lagi sendiri, namun 2 orang anak manusia yang telah menjadi satu dalam sebuah ikatan : Pernikahan.

Bak bahtera dalam lautan, ia tak akan selamanya tenang. Ada ombak, karang dan badai disetiap alur perjalanan. Demikian juga sebuah pernikahan, tak seindah teori tentang pernikahan, saling menyayangi, saling pengertian, saling bahu membahu dalam kesulitan, dan saling-saling lainnya. Namun itulah seninya sebuah pernikahan. Tantangan, kerikil, karang dan badai yang datang adalah penguat jalinan dan pengokoh kesetiaan.

Di awal pernikahan semua tampak indah, maka orang pun mengatakan "bulan madu". Bulan yang manis, dimana masing-masing dari diri ingin membahagiakan pasangan pilihan hatinya. Semua indah dan mempesona.
Satu tahun perjalanan mungkin riak-riak gelombang mulai mengayun-ayun bahtera rumah tangga. Setiap pasangan pasti merasakan sebuah tahap pengenalan pribadi yang seutuhnya, pribadi yang apa adanya. Beserta semua kekurangan dan juga kelebihannya.

Dua pribadi berbeda, yang dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda, tentu saja menimbulkan banyak perbedaan antara keduanya, suami dan istri. Awalnya sulit menyamakan perbedaan itu, bahkan terkadang tidak mungkin untuk disamakan. Maka solusinya adalah menyelaraskan perbedaan itu agar terjadi sebuah keharmonisan.
Saling mengisi disetiap kekurangan. Menyatukan semua kelebihan. Sehingga terjalin sebuah harmoni.

Perbedaan dalam keluarga wajar, pertengkaran pun adalah bumbu-bumbu penyedapnya. Maka jangan mengambil keputusan ketika kita sedang marah dan bertengkar dengan suami/istri kita. Ketika pasangan kita marah, salah satu harus bisa diam. Diam dalam arti yang sesungguhnya. Baru ketika pasangan kita reda marahnya, ungkapkan argumen-argumen. Bukan pembelaan diri, tetapi fakta apa yang terjadi. Dan jangan pula kita gengsi untuk mengucapkan maaf pada pasangan hidup kita. Karena saling memaafkan adalah indah.

Akhirnya, sebuah pernikahan bukan sebuah "paket liburan", untuk sesaat dan penuh keindahan. Sebuah pernikahan adalah sebuah perjuangan untuk "membangun sebuah istana". Butuh pengorbanan, pengertian dan kerjasama dalam merakitnya. Maka, pengertian, komunikasi dan kesetiaan adalah amunisi yang selalu harus disediakan sampai akhir garis finish perjuangan.

Senandung nasyid lama pun melintas dalam ingatan :

"Berbahagialah mereka, yang tlah menemukan fitrahnya
 Untuk membentuk keluarga yang sakinah...
 Menikahlah engkau segera bila saatnya telah tiba
 Jangan jadikan alasan untuk menunda.... "

Selasa, 22 November 2011

Lindungi Diri dan Anak Kita dari "Makanan Pembunuh"

Setiap hari kita mengkonsumsi makanan. Baik dengan memasak sendiri atau pun dengan membeli. Tanpa kita sadari sebenarnya kita menumpuk zat kimia dalam tubuh yang kemungkinan besar berbahaya dalam tubuh kita. Sebab di dalam makanan yang kita konsumsi tersebut terdapat zat - zat aditif (zat tambahan) yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Mungkin dampaknya tidak langsung terlihat seketika. Namun zat - zat berbahaya itu akan berefek pada manusia 10 sampai 20 tahun yang akan datang.

Dan yang sangat memprihatinkan, makanan anak-anak/ jajanan yang di jual di sekolah - sekolah saat diteliti hampir sebagian besar mengandung zat-zat yang berbahaya tersebut.

Zat - zat aditif berbahaya yang sering ditambahkan dalam makanan antara lain :
1. Pemanis buatan
     Sering kali para pedagang menggunakan bahan pemanis buatan untuk mengantikan gula. Dengan alasan mencari keuntungan yang lebih banyak. Bahan pemanis buatan tersebut misalnya saccarin (sakarin), siklamat. Pemanis tersebut dalam jumlah banyak akan mengakibatkan penyakit kanker.


2. Zat Penyedap (Monosodium Glutamat/MSG)

     Zat ini ditambahkan dalam makanan untuk menambah citarasa. Efek yang dihasilkan adalah seperti kecanduan. Ingin makan lagi dan lagi. Beberapa penelitian menyebutkan penggunaan yang berlebihan mempengaruhi kecerdasan.
Zat ini biasanya banyak digunakan dalam jajanan anak seperti ciki.

3. Bahan Pengawet
    Bahan - bahan pengawet seperti borack, Formalin, yang sebenarnya digunakan untuk mengawetkan mayat. Namun pada prakteknya banyak pedagang yang masih menggunakannya dalam membuat makanan, seperti dalam bakso, mie, krupuk, siomay dll.
Dalam jangka panjang zat pengawet tersebut mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan hati.

4. Zat Pewarna
    Zat ini digunakan untuk mempercantik tampilan makanan agar lebih menarik minat bagi konsumen. Biasanya yang digunakan adalah rhondamin. Rhondamin sebenarnya adalah pewarna tektil, tetapi para pedagang memilihnya karena harga lebih murah. Padahal zat ini jika dikonsumsi akan mengakibatkan kanker.
Hampir semua makanan menggunakan bahan pewarna sintetis dalam memproduksinya, seperti minuman baik cair ataupun bubuk, kue dll.

Lalu apa jadinya jika anak - anak kita setiap hari mengkonsumsi jajanan yang mengandung zat berbahaya tersebut? Relakah kita jika anak - anak kita kelak mengidap penyakit kanker, gangguan otak, gangguan kecerdasan dll?


Hanya demi mengejar keuntungan sesaat, kesehatan dan keselamatan manusia terancam. Dimana letak rasa kemanusiaan dan ketuhanan mereka (para produsen dan konsumen makanan)?
Jikalau para pedagang itu sadar akan dampak yang ditimbulkan dari apa yang diperbuatnya harusnya ia segera insyaf. Karena tanpa ia sadari ia telah membunuh manusia secara perlahan. Bukan hanya satu orang, tetapi mungkin puluhan atau bahkan ratusan orang yang pernah memakan makanan buatannya tersebut.
Lalu seberapa besar dosanya?

Sekarang bagaimana kita membentengi diri dan anak - anak kita dari zat - zat yang berbahaya tersebut?
1. Memilihkan jajanan sehat buat anak.
    Selektif dalam memilih makanan dan jajanan pada anak adalah sebuah keharusan. Awalnya sangat sulit mengendalikan keinginan anak. Namun, lambat laun anak akan paham seiring dengan pengertian yang kita berikan.  Misal boleh beli jajanan berupa minuman 1 minggu sekali. Apa pun jenis minumannya biasanya tetap mengandung bahan pengawet dan pemanis buatan.

2. Membuatkan makanan sendiri buat anak dan keluarga kita.
    Jika waktu kita luang, baiknya kita buatkan sendiri makanan untuk anak dan keluarga kita. Cemilan - cemilan yang menarik yang bebas dari bahan - bahan kimia.
Memang tenaga dan waktu akan terkuras, namun hal ini demi kesehatan dan keselamatan keluarga.

3. Aktif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya zat - zat aditif.
    Sebenarnya yang paling berperan dalam hal ini adalah pemerintah. Pemerintah harus tegas dalam menindak oknum - oknum produsen dan pedagang agar jera dan tidak mengulangi perbuatannya.
Namun kita juga harus aktif mensosialisasikan zat - zat yang berbahaya dan tidak boleh digunakan dalam makanan.

Mari kita jaga diri, keluarga dan masyarakat kita dari pembunuh yang mengerogoti tubuh kita secara perlahan - lahan.

Kamis, 17 November 2011

Mendidik dengan Cinta (1)

Thursday, May 26, 2011 at 10:26pm
 
Setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Mereka berbeda satu dengan yang lainnya. Hatta dalam satu keluarga, tak ada yang 100% memiliki sifat yang sama. Karena pada hakekatnya setiap anak memiliki karakter dan temperamental yang berbeda.

Menyikapi setiap keunikan membutuhkan seni dan keterampilan tersendiri. Tetapi apa pun seninya, apa pun trik dan polanya disana harus ada polesan Cinta.

Anak adalah sebuah pribadi yang tak ada bedanya dengan manusia dewasa. Ia butuh sebuah pengakuan, penghargaan dan banyak kasih sayang. Ketika seorang manusia dewasa dihina, dimaki, dimarahi  apalagi di muka umum ia pasti akan marah, harga dirinya terkoyak. Namun itulah yang sering kita lihat pada kenyataannya. Seorang anak sering kali menjadi pelampiasan kekesalan dan amarah orang tuanya karena anak tak kuasa untuk mambalas, karena anak selalu dianggap bukan apa - apa, bukan siapa - siapa.

Simaklah kejadian nyata yang baru saja saya temui siang tadi.
Tiba - tiba seorang ibu datang sambil menyeret- nyeret seorang anak. "Yang mana! yang mana! Kamu itu cuma begitu aja ga pecus!!" Si ibu terus saja mengomeli anaknya. Si anak hanya bisa menangis. Ada  apa ini? Tanyaku dalam hati. Ternyata menurut si ibu ketika sang anak mau membeli es krim uang 5 ribu sudah diberikan kepada penjual es krim tetapi dia belum mendapatkan es yang diinginkan. Ibu itu semakin marah saja kepada anaknya. banyak kata yang keluar berapi-api. "Aku tidak mau lagi ngurusi kamu!"  Lacak punya lacak ternyata si anak belum memberikan uang yang 5 ribu itu. Uang itu masih di dompet kecil miliknya. Hanya gara - gara uang lima ribu seorang anak diperlakukan seperti itu.

Ringan saja umpatan, makian keluar dari mulut seorang ibu kepada anaknya ketika ia marah. Ia tidak sadar telah melukai hati anaknya sendiri. Menghancurkan harga dirinya di hadapan banyak orang. Mungkin airmata anak itu akan kering dalam hitungan menit, tapi luka yang tertoreh di hatinya akan tetap membekas sampai ia dewasa.

Satu dari seni mendidik anak dengan cinta, jangan pernah memarahi anak dihadapan umum. Karena dampaknya anak akan kehilangan percaya diri. Menjadikan anak minder dan tidak berani melakukan sesuatu sendiri sebab ia takut salah dan pada akhirnya akan dimarahi.

(Bersambung)

Mendidik Anak dengan Cinta (2)

Friday, July 8, 2011 at 11:15am
 
2. Jangan Membanding - bandingkan Anak.
             Bukan hanya anak, orang dewasa pun pasti tidak suka jika dibadingkan dengan orang lain. Setiap diri unik, berbeda     satu dengan yang lain. Jadi mari kita hargai setiap perbedaan tersebut sesuai dengan fitrahnya sendiri.
Sehingga tak akan lagi terdengar "Kakakmu itu tak pernah nangis seperti kamu", "Lho kok adiknya kulitnya hitam? Kakaknya saja putih..", "Contoh kakakmu, uangnya selalu di tabung, tidak seperti kamu, buat jajan terus"
Mungkin maksud kita baik, untuk memberi contoh pada anak. Tapi caranya saja yang kurang pas buat anak kita.

3. Ungkapkan rasa CINTA kita.
             Cinta tak perlu diucapkan tapi cukup dibuktikan. Buang kata - kata itu dari kamus keluarga kita. Pengungkapan kata cinta sangat diperlukan, terutama dalam mendidik anak-anak kita. Agar mereka tahu perasaan kita dan juga mengajari mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan. "Ibu sayang mas Hasan", "Aku sayang Dhek Alin"
Setelah itu kita tanya perasaan mereka. "Mas Hasan sayang ibu tidak?" Awalnya pasti terasa sulit jika hal itu tidak kita biasakan dari kecil. Tapi teruslah berusaha agar ungkapan cinta antara orang tua dan anak dapat terwujud tidak cuma dalam tindakan tapi juga dalam bentuk verbal/ kata. Karena terkadang tindakan saja tidak cukup membuktikan perasaan kita.
             Bukan saja rasa cinta yang harus kita ungkapkan, tapi rasa lain pun juga harus kita ajarkan,  "Umi senang kalo dhek Bitha tidak rewel", "Bunda jadi marah kalo mas Jundi merebut mainan adik", "Kalo ibu sedang sibuk mas Zidan main sendiri ya, ibu kan capek".

4. Sering-seringlah memeluk anak kita.
             Sebuah penelitian membuktikan anak yang sering di peluk, rasa percaya dirinya akan tumbuh dengan baik daripada anak yang jarang di peluk. Sebuah pelukan hangat dari seorang ibu ketika anak pulang dari sekolah, sambil tersenyum menyambutnya akan menghilangkan semua penat setelah seharian belajar di sekolah. Pelukan seorang ibu ketika anak menangis sehabis berebut mainan dengan temannya menghilangkan rasa kesal dan marah ada anak.
Seorang ayah pun juga harus terbiasa memeluk anak-anaknya agar hubungan keduanya dekat. Fakta yang ada kedekatan anak dengan ayah agak kurang karena seorang ayah jarang memeluk anak-anak mereka. Padahal dalam Islam telah diajarkan oleh Nabi Muhammad sendiri yang suka memeluk, memangku, menimang dan mencium anak-anak meskipun bukan putra nabi sendiri.

5. Biasakan menggunakan kata "maaf" dan "tolong".
              Sikap menghargai orang lain dapat ditanamkan sejak kecil dengan membiasakan anak mengucapkan kata "tolong" ketika membutuhkan bantuan dan kata "maaf" ketika ia melakukan sebuah kesalahan.
Kata "tolong" membuat anak kita merasa membutuhkan orang lain. Sehingga anak tidak merasa super. Sedang kata "maaf" membuat anak mempunyai rasa rendah hati dan tidak sombong.

Anak adalah sebuah buku yang akan kita tulis lembar demi lembar harinya. Maka mari kita isi lembaran hari anak kita dengan polesan kata yang penuh C I N T A.

Karena Aku Mencintaimu

Sunday, July 31, 2011 at 4:40pm
 
Karena aku mencintaimu maka akan ku berikan yang terbaik untukmu. Karena rasa cinta yang ada melebihi semua rasa cinta untuk semua yang ada di dunia. Karena aku mencintaimu, cinta yang tak ingin melukai dan menyakitimu maka ku pilihkan jalan yang terbaik untukmu. Membekalimu dengan segenap kemampuanku. Bukan cinta sebatas akhir dunia namun cinta jauh menembus ruang dan masa. Cinta yang mengharap dapat menempatkanmu kelak di syurgaNya.
Karena aku mencintaimu anakku, maka esok saat kau masih lelap dalam tidurmu ibu akan membangunkanmu.
Mengajakmu sahur bersama, meski ibu tahu untuk membuka mata saja terlalu berat bagimu apalagi menelan nasi dan lauk yang ibu sediakan untukmu
Karena aku mencintaimu, sarapan pagi dan segelas susu yang biasanya ada sebelum kau berangkat sekolah mulai besok tak akan kau dapati. Bukan karena ibu lupa, tapi karena hari ini awal pertama kita puasa. Seperti celoteh lucumu, "Puasa itu tidak makan dan tidak minum sampai pulang sekolah ya, bu?"
Karena aku mencintaimu, rengekkanmu yang minta secuil biskuit kecil ku abaikan seperti tahun lalu saat waktu belum menjelang dhuhur. "Saaatuuu saja ya, bu. Mas lapar... ". Meski di sisi lain batinku menangis melihatmu lemas karena lapar.
Karena aku mencintaimu, rajukkanmu saat pulang bermain bersama teman - teman dengan peluh di dahi "Mas, haus bu...." tak ku turuti dengan memberimu segelas susu seperti hari-hari biasa.
Karena aku mencintaimu saat protesmu tak dapat lagi kau tahan, "Mas Iya yang sudah besar saja tidak puasa lho, bu......." berusaha ku jawab sekemampuan daya tangkapmu, "Kalo mau Alloh sayang sama mas, maka mas harus puasa"
Karena aku mencintaimu, sebelas rekaat pun ku minta kau tunaikan anakku. Meski kadang naluri keibuanku berontak melihat kaki-kaki kecilmu seekan tak mampu lagi menopang tubuh kurusmu. "Nanti pulang tarawih Ayah pijitin", janji ayah pun menguatkan tekadmu.
Karena aku mencintaimu maka ku mau kau mencintai Tuhanmu agar selamat dunia dan akhiratmu.
Kelak kau akan tahu kenapa ibu membiarkanmu lapar dan haus di bulan Ramadhan, kecapekan sholat tarawih di malam hari. Bukan karena ibu dan ayah tak sayang dan tak cinta lagi padamu anakku, tapi karena cinta ayah dan ibu teramat besar padamu.
Karena aku mencintaimu.

Cinta Lama Balik Kembali (CLBK)

Monday, August 8, 2011 at 5:46pm
 
Getaran ini pernah ku rasa.
Sebuah perasaan yang aku sendiri tak tahu apa namanya. Yang ku tahu ada sesuatu yang lain di hatiku.
Setiap waktu ku ingin selalu bersamaMu. Sujud-sujudku begitu dalam, serasa Kau hadir di depanku. Merengkuhku dalam KasihMu. Menghilangkan segala gundah di hatiku.

Dunia ini hanya ada aku dan Kamu.
Tak peduli orang lain menilai apa padaku, asal Kau suka padaku. Maka telingaku pun menjadi tuli. Mulutku menjadi bisu. Cukup hanya Engkau yang tahu.
Getaran ini pernah ku rasa. Tiap detik yang kulewati tak satu pun tanpa ku puja namaMU. Seolah tak ingin yang lain ada selain diriMu.
Getaran ini pernah ku rasa.
Tiap malam kuhabiskan bercengkrama denganMu. Menumpahkan semua rindu dan dukaku. Menghanyutkannya dalam sungai air mataku.
Itu dulu.
Sekian lama berlalu rasa itu kian hilang ditelan waktu. Sujud-sujudku terasa ringan tanpa ikatan. Telingaku mulai mendengar lagu-lagu merdu merayu disekitarku. Mulutku pun ikut berdendang bersama zaman.
Tak ada lagi malam-malam panjang bersamaMU. Air mata pun telah kering bersama kesombongan yang mengelayuti diri.
Aku telah menduakan Mu.
Aku telah menghianati CintaMu.
Mengadaikan KasihMu dengan dunia yang hina.
Terpurukku, dalam.
Namun, Getaran ini kembali kurasa.
Meski tak seperti dulu. Tapi ku tak rela ia pergi lagi dariku.
Getaran ini kembali meraja dalam hati.
Ijinkan aku untuk kembali.
Kembali mencintaiMu dengan hati yang tak lagi suci.
Tapi ku yakin Kau akan menerimaku kembali. Dengan "tangan terbuka", dengan Ar Rahman Ar Rahiim Mu.
Aku yakin.
Dan Cinta Lama Balik Kembali...
padaMu.... Alloh- ku
Cinta- ku
For: my sister and brother

Sang Ulat dan Kupu-kupu

Thursday, August 11, 2011 at 4:20pm
 
Seekor ulat dan seekor kupu-kupu, dua binatang yang jauh berbeda baik dari bentuk, rupa, adat kebiasaannya meski keduanya pada hakekatnya adalah sama. Seekor ulat merupakan cikal bakal dari seekor kupu-kupu.
Namun, 'hanya' cukup waktu 10 hari seekor ulat bisa me-metaforfosis dirinya menjadi seekor kupu-kupu yang cantik, indah dan banyak manfaatnya.
Berubah 180 derajat. Dari seekor ulat yang berjalan merayap menjadi kupu-kupu yang mampu terbang melayang.
Dari seekor binatang yang menjijikkan menjadi binatang nan elok menawan.
Dari merugikan menjadi binatang pembawa berkah dengan membantu proses penyerbukan.
Cukup 10 hari berpuasa dalam kepompong, seekor ulat menjelma menjadi sosok yang berbeda dari mulanya.
Cukup 10 hari saja berdiam diri dalam balutan liurnya, ia memoles dirinya menjadi sosok indah mempesona.
Cukup 10 hari saja!
Sedang Alloh memberi kepada kita kesempatan 30 hari untuk memperbaiki diri.
Alloh sang Pencipta Maha Tahu akan diri hamba-hambanya.
Manusia tak pernah luput dari salah dan dosa. Maka ia beri 30 hari bagi kita untuk memperbaiki diri dan mempercantik pribadi.
Satu tahun waktu berlalu, mungkin kita tak ubahnya seperti seekor ulat.
Merayap kesana-kemari hanya mencari makan, menuruti nafsu duniawi. Tak peduli dengan urusan orang lain, merugikan orang lain asal diri sendiri kenyang. Itulah seekor ulat.
Entah dimana Tuhan berada, satu tahun yang berlalu sedikit sekali mengingati akan adaNya.
Jikapun ingat dan menyembahNya hanya sisa-sisa waktu yang kita punya.
Tuhan memberi kita 30 hari untuk "bertapa" mendekatkan diri padaNya.
Dengan harapan kita bisa memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih dekat denganNya.
Tuhan memberi kita 30 hari untuk "Ber-kepompong" agar kita bisa mengendalikan diri dan nafsu kita.
Akankah kita?
(Apakah kita kalah dengan seekor ulat?)

Memburu "Cuci Gudang" Ramadhan

Sunday, August 28, 2011 at 8:19am
 
Ketika sebuah pusat perbelanjaan memasang tulisan besar "Discount Gede-gedean", atau "Cuci Gudang" maka sudah dapat dipastikan pengunjung akan semakin banyak. Omset penjualan pun meningkat. Meski discount yang diberikan kadang tak terlalu besar 10% sampai 30% namun tetap saja pembeli menyukai. Apalagi jika discount yang diberikan 50% atau 70% sudah dapat dipastikan antrian di kasir semakin panjang. Hatta, jika discount 70% diberikan saat tengah malah "Mid Night Discount" ternyata tak mengurangi jumlah dari pengunjung dan pembeli.

Saat ini pun "discount" besar-besaran sedang digelar oleh Alloh SWT. Terutama di penghujung bulan, "cuci gudang" Ramadhan di gelar. Malam Lailatul qadar. Kebaikan 1 malam setara 83 tahun.
Namun adakah pengunjung "cuci gudang" Ramadhan ini pun membludak seperti pengunjung pusat perbelanjaan?

Faktanya, banyak saudara kita yang kehilangan minat "berbelanja di cuci gudang Ramadhan". Mereka sibuk mempersiapkan segala pernak-pernik lebaran juga mudik yang sudah menjadi tradisi.
Alhasil, masjid-masjid semakin sepi. Suara mengaji selepas taraweh pun semakin sayup bahkan tak terdengar lagi.

Banyak saudara kita yang semula semangat diawal, namun seperti "kehabisan amunisi" di akhir pertempuran.

"Discount" lailatul Qadar hanya ada sekali dalam setahun. Jangan biarkan berlalu begitu saja tanpa usaha untuk mendapatkannya.

Kan tinggal 2 hari lagi? Jangan-jangan malam Lailatul Qadar sudah kemarin-kemarin?

Alloh tidak akan menyia-nyiakan setiap amal dan usaha yang kita lakukan. Ketika kita berusaha maksimal, berikhtiar mendapatkan malam Lailatul Qadar maka insya Alloh "discount pahala" pun kita dapatkan.

Tetap semangat. Biarkan hasil akhir Alloh yang menentukan. Semoga kita tak kehilangan malam Lailatul Qadar untuk yang kesekian kali (lagi).

Keep Spirit.

Allohu Akbar.

Specially to my self :)

Andai ku tahu.............

Andai ku tahu, sampai kapan usiaku nanti, maka saat dekat kematianku akan ku perbanyak amal dan ibadahku.
Andai ku tahu, tak akan ku sia kan waktuku untuk semua hal yang tak ada nilainya. Akan ku habiskan detikku hanya untuk beribadah kepada Mu.

Ku buat semua orang di sekitarku bahagia. Lebih bermanfaat bagi sesama.

Andai ku tahu,,,,

Namun, sunatullah berkata lain, usia manusia hanya ada dalam kuasa Tuhan sang Pencipta. Dia yang menghidupkan kita, Dia pulalah yang berhak mematikan, mengambil nyawa kita, siap atau pun tidak.

Sudah siapkah kita? Andai malaikat maut datang menjemput kita? Lusa, besok atau hari ini????

Seberapa banyak amal yang telah kita siapkan?
Seberapa besar pahala yang telah kita kumpulkan?

Bagaimana akan kita hadapkan wajah kita di pengadilan Nya?

Semoga kita masih diberi banyak kesempatan untuk sekedar menghapus dosa-dosa kita. Untuk sedikit menabung pahala, sebagai bekal kita menghadapNya.

(Sebuah goresan untuk seorang sahabat.
Semoga Alloh mengampunimu, menempatkanmu di tempat yang indah nan damai...
Dan sesungguhnya kami pun akan mengikutimu.... )

Andaiku tahu.... kapan tiba waktuku... ijinkan aku mengucap kata tobat padaMU
Andai ku tahu........

Memaafkan = Syurga?

Memaafkan sama dengan syurga??

Kok mudah sekali masuk syurga? Yang benar??

Tentu saja benar, karena yang mengatakan Rosululloh.
Alkisah, suatu hari Rosul sedang duduk - duduk bersama para sahabat. Tiba - tiba Rosul berkata "Akan datang seorang ahli syurga". Para sahabat penasaran. Muncullah seorang pemuda di tempat itu. Para sahabat heran, pemuda itu bukan sahabat dekat rosul, dia tidak terkenal, penampilannya pun biasa-biasa saja "tidak meyakinkan".

Seorang sahabat semakin penasaran terhadap sang pemuda, maka dia minta ijin untuk menginap selama 3 hari di rumah sang pemuda ahli syurga. Selama 3 hari sahabat mengamati kebiasaan sang pemuda. Tak ada amalan yang istimewa yang dilakukannya. Malam hari pun tak ada sholat malam yang panjang. Semua biasa saja.

Karena waktu 3 hari sudah berlalu dan sahabat tak menemukan amalan yang istimewa dari pemuda tersebut yang menurut dia pantas menjadikannya ahli syurga, sahabat pun bertanya pada sang pemuda,
"Wahai saudaraku, sesungguhnya aku ingin tahu amalan apa yang kau lakukan sehingga Rosululloh menyebutmu ahli syurga. Sedang ku lihat tak ada satu pun amalanmu yang istimewa".
"Wahai saudaraku, aku tak punya amalan apa - apa. Tapi mungkin karena setiap malam sebelum tidur aku merenung dan memaafkan serta mengikhlaskan semua kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang padaku".

Nah, saudaraku..... seorang dapat masuk syurga jikalau ia memaafkan dan mengikhlaskan kesalahan orang lain. Bahkan sebelum orang itu meminta maaf pada diri kita.

Mudah? Sulit?

Jujur, semua itu tidak mudah. Ketika tangan kita terhulur, mulut berucap maaf, senyum mengembang, tapi terkadang dalam hati masih ada secuil ganjalan. Kita belum ikhlas memaafkan.

Hanya jiwa-jiwa yang suci, hati yang bersih dan pikiran yang bening saja yang bisa memaafkan orang lain bahkan sebelum orang itu meminta maaf pada diri kita.

Maka Saudaraku.... dari amalan yang mana yang akan kita gunakan untuk "mengetuk" pintu syurga?

Mari mengikhlaskan dan memaafkan semua orang yang pernah berbuat kesalahan pada diri kita.

Karena kita mengharap SyurgaNya.

Dalam Pandangan Siapa

Bumi yang maha luas ini berisi jutaan ribu manusia. Setiap manusia dikaruniai oleh tuhan bekal jasad, ruhani dan akal. Meskipun tidak semua manusia memiliki semua itu secara sempurna.

Manusia yang dikaruniai panca indera berupa mata pasti akan menilai apa yang dilihatnya. Bahkan mereka yang tidak memiliki indera penglihat pun juga bisa merasakan dan menilai meski lewat indra pendengar dan perabanya.

Betapa menderitanya kita jika dalam hidup ini setiap langkah dan gerak yang kita lakukan harus mengikuti "apa maunya" manusia. Karena begitu banyak manusia yang ada di sekitar kita dan tentu saja mereka memiliki "cita - rasa" yang berbeda-beda.

Mari, kita lihat kisah seorang ayah dan anak yang diceritakan oleh Rosululloh.

Alkisah, seorang ayah dan anak ingin menjual keledai ke pasar. Maka kedua orang itu pun berangkat dengan menuntun sang keledai. Di tengah jalan seseorang mencemooh mereka "Lihatlah orang dungu, ada keledai kok di tuntun, tidak dinaiki". Sang ayah mendengar itu kemudian menyuruh anaknya untuk menaiki sang keledai. Belum lama berselang, mereka bertemu kembali dengan seseorang "Anak tidak tahu diri, ayahnya dibiarkan berjalan sedang dia enak-enakkan naik keledai".
Mendengar itu sang anak pun mempersilahkan ayahnya untuk naik keledai. Lagi-lagi ada yang mencemooh, "Ayah tidak tahu diri, anaknya malah di suruh berjalan kaki".
Keledai pun dinaiki berdua, ayah dan anak, karena mendengar cemoohan tadi. Namun belum jauh berjalan ada lagi orang yang berkata, " Manusia tidak punya rasa kasian, keledai kecil dinaiki 2 orang".
Akhirnya, karena binggung sang ayah dan anak itu pun memanggul keledai itu sampai ke pasar. Meski ditertawakan oleh orang-orang.

Ketika dalam hidup ini kita selalu mengikuti "apa kata orang", "bagaimana penilaian orang" maka kita akan semakin kehilangan jati diri kita.

Pandangan manusia selalu berubah. Ketika kita punya kedudukan, harta dan dunia, semua orang pasti memuji dan menyanjung kita. Namun jika dunia meninggalkan kita, manusia pun akan berlari menjauh bahkan "memukul" dan memusuhi kita.

Harta, pangkat, jabatan tak ada yang abadi. Maka dalam pandangan siapa akan kita perbaiki diri kita ini?

Hanya pandangan Alloh-lah yang kekal abadi. Maka mari kita perbaiki diri kita dalam pandangan Nya.

Boleh jadi kita tidak dianggap sebelah mata dalam pandangan manusia, tapi begitu mulia dihadapan Alloh.

Semoga

Dalam Pandangan Siapa

Bumi yang maha luas ini berisi jutaan ribu manusia. Setiap manusia dikaruniai oleh tuhan bekal jasad, ruhani dan akal. Meskipun tidak semua manusia memiliki semua itu secara sempurna.

Manusia yang dikaruniai panca indera berupa mata pasti akan menilai apa yang dilihatnya. Bahkan mereka yang tidak memiliki indera penglihat pun juga bisa merasakan dan menilai meski lewat indra pendengar dan perabanya.

Betapa menderitanya kita jika dalam hidup ini setiap langkah dan gerak yang kita lakukan harus mengikuti "apa maunya" manusia. Karena begitu banyak manusia yang ada di sekitar kita dan tentu saja mereka memiliki "cita - rasa" yang berbeda-beda.

Mari, kita lihat kisah seorang ayah dan anak yang diceritakan oleh Rosululloh.

Alkisah, seorang ayah dan anak ingin menjual keledai ke pasar. Maka kedua orang itu pun berangkat dengan menuntun sang keledai. Di tengah jalan seseorang mencemooh mereka "Lihatlah orang dungu, ada keledai kok di tuntun, tidak dinaiki". Sang ayah mendengar itu kemudian menyuruh anaknya untuk menaiki sang keledai. Belum lama berselang, mereka bertemu kembali dengan seseorang "Anak tidak tahu diri, ayahnya dibiarkan berjalan sedang dia enak-enakkan naik keledai".
Mendengar itu sang anak pun mempersilahkan ayahnya untuk naik keledai. Lagi-lagi ada yang mencemooh, "Ayah tidak tahu diri, anaknya malah di suruh berjalan kaki".
Keledai pun dinaiki berdua, ayah dan anak, karena mendengar cemoohan tadi. Namun belum jauh berjalan ada lagi orang yang berkata, " Manusia tidak punya rasa kasian, keledai kecil dinaiki 2 orang".
Akhirnya, karena binggung sang ayah dan anak itu pun memanggul keledai itu sampai ke pasar. Meski ditertawakan oleh orang-orang.

Ketika dalam hidup ini kita selalu mengikuti "apa kata orang", "bagaimana penilaian orang" maka kita akan semakin kehilangan jati diri kita.

Pandangan manusia selalu berubah. Ketika kita punya kedudukan, harta dan dunia, semua orang pasti memuji dan menyanjung kita. Namun jika dunia meninggalkan kita, manusia pun akan berlari menjauh bahkan "memukul" dan memusuhi kita.

Harta, pangkat, jabatan tak ada yang abadi. Maka dalam pandangan siapa akan kita perbaiki diri kita ini?

Hanya pandangan Alloh-lah yang kekal abadi. Maka mari kita perbaiki diri kita dalam pandangan Nya.

Boleh jadi kita tidak dianggap sebelah mata dalam pandangan manusia, tapi begitu mulia dihadapan Alloh.

Semoga

Dimana Tempat Aman Itu

Ketika seorang anak mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari temannya, biasanya dia akan berlari pulang dan mengadu kepada orang tuanya. Mengharap dekapan hangat dan kasih dari sang ibu serta pembelaan dari sang ayah. Segala gundah pun hilang karena sang anak merasa aman di sisi kedua orang tuanya.

Namun, membaca Headline sebuah surat kabar hari ini membuat hati ini miris. Meski berita ini bukan pertama yang terjadi dan bukan yang pertama kali dipublikasikan. Kekerasan seksual terjadi di dalam rumah sendiri bahkan oleh keluarga sendiri! Naudzubillah...

Sebuah pertanyaan besar tergiang, SALAH SIAPA INI?

Apakah ini salah orangtua, salah anak, salah lingkungan, salah pemerintah, salah ulama atau salah siapa?

Seharusnya rumah adalah tempat teraman dan terindah bagi seorang anak, untuk berkembang dan menjadi dewasa. Seharusnya sebuah rumah bisa menorehkan kisah yang akan menjadikannya manusia penuh kualitas kedepannya.

Namun, mengapa ada yang tega melakukan tindakan asusila terhadap darah dagingnya sendiri???Keluarganya sendiri???

Sampai kapan peristiwa seperti ini menghiasi koran, majalah dan berita di televisi. Atau malahan kita akan berucap, "Alah... itu sudah biasa..." atau "Itukan bukan urusan kita... yang penting kita baik-baik saja..."
Begitukah???

Setidaknya kita benci tindakan dosa itu meski dalam hati. Dan lebih utama lagi jika kita bereaksi dengan memperbaiki keadaan agar peristiwa itu tidak terjadi lagi.

1. Perbaikan kualitas diri dengan mendalami ilmu agama, suburkan tempat-tempat pengajian.
    Ajak sebanyak-banyaknya teman dan saudara agar mengenal Islam lebih dalam.

2. Didik anak dengan pendidikan seks sejak dini.
    Seks bukan hal yang tabu. Tapi tergantung bagaimana kita memberikan pengertian kepada mereka. Misal:        tunjukkan mana yang boleh di lihat orang lain dan mana yang tidak boleh di lihat orang lain (aurat). Pisahkan tempat tidur anak, beri pengertian muhrim dan non mukhrim serta batasan-batasannya.
Belikan pakaian yang sopan sejak kecil, agar terbiasa hingga dewasa.

3. Mendukung pemerintah untuk menghukum seberat-beratnya pelaku kejahatan seksual.
    Bukan seperti sekarang yang hanya di hukum dalam hitungan bulan atau beberapa tahun saja.

Masih terlalu banyak sebenarnya PR yang harus kita kerjakan.
Namun, mulai dari diri sendiri mari kita jaga buah hati kita.
Jadikan keluarga menjadi tempat terindah dan teraman bagi anak-anak kita. Dengan membekali mereka ilmu-ilmu agama.

Wallahu'alam.

Membangun "Gudang Kebaikan"

Memulai sesuatu yang baru, terkadang membutuhkan sebuah momen yang pas dan tepat. Momen Ramadhan dan syawal adalah saat yang tepat untuk memulai sebuah awal kebaikan dalam hidup kita. Meski sebenarnya kebaikan telah sering kita lakukan, namun mulai sekarang kebaikan itu bukan hanya sering tapi selalu kita lakukan.

Sebuah kebaikan yang kita lakukan ketika kita mengharap balasan kebaikan dari manusia hanya akan membuat kita kecewa. Karena apapun itu jika kita bersandar kepada manusia maka kekecewaanlah yang akan terasa. Namun apabila kebaikan yang kita lakukan kita orientasikan kepada Tuhan, maka tak akan ada yang sia-sia.

"Hal jazaaa-ul ikhsan illal ikhsaan" (Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula). QS. Ar Rahman : 60

Janji Tuhan pasti dan tak akan pernah diingkari. Tuhan pun Maha Teliti, hingga tak akan ada seserpih kebaikan kita yang terlewat untuk dicatat yang pada akhirnya akan di balas kebaikan pula.

Mungkin kebaikan kita pada seseorang tidak langsung dibalaskan oleh Tuhan dengan menggerakkan hati orang tersebut untuk membalas kebaikan kita. Tapi bisa jadi Tuhan menggerakkan hati orang lain yang tidak kita kenal sebagai perantara balasan atas kebaikan yang kita perbuat.
Pun jika tidak dibalaskan Tuhan di dunia ini, yakinlah Tuhan akan membalas kebaikan kita kelak di akherat sana. Karena janji Tuhan tak akan dusta.

Berbuat dan berbuat kebaikan adalah kata kuncinya. Tak peduli orang yang kita beri kebaikan membalas atau tidak kebaikan kita. Karena kita hanya "BERKONTRAK" dengan Tuhan.
Kebaikan kita, mari kita "Gudangkan" sehingga menumpuk dan menumpuk sampai tak terhitung jumlahnya.

Guna dari "GUDANG KEBAIKAN" kita antara lain:

1. Ketika kita terhimpit masalah berat, kita bisa menagihnya kepada Tuhan.
    Maksudnya, kita bisa ber-tawasul dengan kebaikan yang kita lakukan.Hal ini seperti halnya kisah 3 orang pemuda dalam hadist, yang terjebak dalam gua, kemudian berdoa kepada Tuhannya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan. Akhirnya mereka bisa keluar dari dalam gua.
"Ya Tuhan, dulu saya pernah memberi makan anak yatim, maka mudahkanlah urusan saya ini karena hal itu Ya Tuhan..." Mungkin begitu misalnya...

2. Karena "gudang kebaikan" kita banyak, belum sempat kita meminta pun Tuhan telah memberikan pertolongan.
    Kebaikan yang kita terima kadang pun juga bukan karena terkabulnya doa-doa yang kita lantunkan. Akan tetapi bisa jadi doa tulus dari orang yang kita beri kebaikan.
Jadi jangan berbesar hati merasa doa kita selalu didengarkan oleh Tuhan, karena siapa tahu itu doanya seorang pengemis tua yang sangat berterima kasih kepada kita saat uang 5.000 kita berikan kepadanya. Doanya " Ya Tuhan mudahkanlah semua urusan dari orang yang memberi sedekah ini..."

3. Memudahkan jalan bagi kita untuk mencapai cita-cita dan keinginan.
    Kisah nyata dari seorang tukang becak yang ingin naik haji. Secara logika sangat tidak mungkin ia bisa pergi haji dengan pendapatan yang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Maka ia percepat keinginannya dengan mengratiskan semua penumpang pada tiap hari Jumat. Sebagai gantinya ia minta didoakan agar bisa naik haji.
Singkat cerita, pada suatu Jumat ia bertemu dengan penumpang yang tiap tahun memberangkatkan 1 orang untuk naik haji, GRATIS. Subhanalloh.....

4. Semua kebaikan kita akan menggerogoti keburukan-keburukan yang kita lakukan.
    Apakah kita tak pernah berbuat kesalahan? Dengan kebaikan, kesalahan itu akan tertebuskan.

Maka, mari kita berlomba, membangun "Gudang Kebaikan" karena hakikatnya kebaikan itu akan kembali kepada diri kita sendiri.
Wallohu'alam

Senin, 07 November 2011

Hargailah Dirimu (sendiri), Saudariku....

Jika terjadi pelecehan seksual sering kali yang disalahkan adalah sang wanita. Wanita dianggap sebagai penyebab terjadinya pelecehan itu sendiri.

Sebagai seorang wanita, tentu saja merah telinga ini mendengar hal tersebut. Namun, dalam hati saya pun mengakui hal tersebut tidak salah sepenuhnya.

Seorang wanita diciptakan oleh Tuhan dengan keindahan tersendiri. Semuanya indah. Jadi tanpa polesan dan aksesoris pun wanita telah indah dan cantik dari aslinya. Apalagi jika ditambah dengan polesan dan hiasan, semakin nampak cantiklah seorang wanita.

Namun, kecantikan dan keindahan dirimu, saudariku, bukan sesuatu yang murah yang bisa dilihat oleh semua orang. Bukan bahan pameran hanya untuk mendapatkan sebuah pujian, "kamu cantik" atau "kamu seksi".
Dengan berpakaian mini, pakaian lontong (pas dan mepet di badan), itu akan mengundang mata untuk melihat dan menatapmu. Lalu jangan salahkan mata para lelaki yang kemudian "melecehkan"mu dengan tatapan liarnya.

Bagaimana orang akan menghargai kita, jika kita sendiri tidak bisa menghargai diri kita sendiri?

Sama ketika anda mendengar pelecehan yang terjadi pada seorang artis di negeri ini. Apa pendapatmu, saudariku?
Bukan nada mendukung dan rasa keprihatinan yang banyak diberikan orang, tapi cibiran "Pantas saja dilecehkan, wong pakaiannya seperti itu?"

Maka, jangan salahkan orang lain jika terjadi sesuatu terhadap diri kita. Lihatlah seperti apa kita. Bagaimana pakaian kita. Itu yang pertama.

Namun, dengar juga nada miring dari beberapa orang disekitar kita, "Alah, dia mah sama saja. Pakaiannya aja yang rapi, tapi tingkahnya..... ".

Saudariku, setelah pakaian yang kau rapikan, mari kita rapikan polah tingkah dan sikap perilaku kita. Jangan kau samakan dirimu dengan gadis-gadis di dalam film atau sinetron. Setiap bertemu teman laki-laki cium pipi kanan dan kiri, berpelukan pun jadi kebiasaan.
Berponcengan dengan laki - laki di anggap biasa dan wajar. Demi menghemat uang jajan, setiap hari nebeng teman, itu alasanmu.

Dari hal - hal kecil seperti itu yang akan membawa kepada perbuatan yang lainnya. Karena semua sudah dianggap BIASA.

Maka saudariku, jagalah dirimu. Hargailah dirimu karena orang melihatmu seperti engkau menghargai dirimu sendiri.

Aku Harus Kaya

Aku harus kaya, itulah tekadku saat kulihat sepasang mata tua berkaca-kaca di depanku. Tatapannya setengah tak percaya dan binggung. "Ini apa nak?" ucapnya penasaran. Sedikit barang dagangan dalam kardus yang kuberikan diamatinya. Saat kusampaikan maksudku memberikan bantuan, pelukan hangat dan haru kuterima bahkan hampir dia mencium tanganku. "Terima kasih banyak nak...." suara parau itu menahan tangis.

Sungguh hati siapa yang tak tersentuh haru melihat keadaan sang nenek. Dalam kondisi yang hampir memasuki usia kepala 7, ia masih berjualan nasi tiwul, nasi dari singkong, khas daerah kami. Karena ia harus membiayai kedua cucunya yang masih kecil. Ibu dari sang cucu telah di panggil oleh Alloh karena suatu penyakit. Ayah dari sang cucu menikah kembali dan pergi merantau bersama keluarga barunya. Akhirnya sang neneklah yang harus merawat dan menjaga cucu - cucunya, 1 SMP dan 1 masih TK.

Ketika pagi, dagangannya yang tak seberapa ia bawa menyeberang jalan dari warung kecilnya. Karena di seberang warung itu ada sebuah sekolah. Di luar pagar sekolah ia bentangkan selembar tikar usang. Menunggu anak - anak membeli dagangannya sambil berteduh di bawah sebatang pohon kecil di pinggir jalan.

Ya Alloh, harusnya dalam usiamu sekarang ini kau tinggal duduk - duduk di kursi malas melihat cucu - cucumu bermain, nek. Namun, keadaan mengharuskanmu berdiam diri di pinggir jalan menunggu datangnya rezeqi hari ini.

Sepenggal kisah itu hanyalah satu dari kisah - kisah haru yang kualami saat menyampaikan bantuan kepada fakir, miskin anak yatim, piatu, sebagai seorang duta zakat sebuah lembaga amal di kotaku.

Aku baru bisa menjadi seorang penyalur dana (duta zakat), kapan aku menyalurkan hartaku sendiri buat mereka yang membutuhkan bantuan ku? Sebuah tanya itu semakin menguatkan tekatku.
Kalau aku kaya, semakin banyak harta yang dapat aku sampaikan pada anak yatim, anak piatu, fakir miskin dan janda tua. Bukan sebuah angan, tapi sebuah harapan. Sebuah keinginan dan cita - cita.

Saya yakin, keinginan menjadi orang kaya bukan sebuah kesalahan, bahkan menurutku Alloh dan rosulNya menginginkan umat islam menjadi orang kaya.

Benarkah???

Ingatkah kita akan sabda rosululloh, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah". Di sini bukti bahwa ketika kita memberi pada orang lain itu lebih baik dan lebih utama daripada kita menengadahkan tangan meminta belas kasihan orang. Alloh pun menjanjikan pahala berlipat bagi orang yang menafkahkan hartanya dan menyedekahkan hartanya untuk mereka yang berhak.

Rukun Islam yang kelima mengisyaratkan agar kita menjadi orang kaya/mampu. Naik haji tentu membutuhkan dana dan biaya yang lebih. Bagaimana kita bisa naik haji jika kita tidak kaya/mampu dan memiliki harta.

Jihad fi sabilillah pun juga memerlukan dana. Seperti para sahabat yang memberikan hartanya demi kelangsungan dakwah rosullulloh. Bahkan Umar bin khotob pun pernah berkata, "Aku ingin kaya, agar dapat memerdekakan seorang budak".

Namun, do'a Umar pun semoga tak akan kulupakan, "Ya Alloh, jadikan dunia dalam genggaman tanganku, bukan di hatiku".

Orang-orang miskin (dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pernah datang menemui beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang (kaya) yang memiliki harta yang berlimpah bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi (di sisi Allah Ta’ala) dan kenikmatan yang abadi (di surga), karena mereka melaksanakan shalat seperti kami melaksanakan shalat dan mereka juga berpuasa seperti kami berpuasa, tapi mereka memiliki kelebihan harta yang mereka gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah, jihad dan sedekah, sedangkan kami tidak memiliki harta. Rosul bersabda, Itu adalah kerunia (dari) Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya“. 

Menjadi seorang kaya yang bersyukur adalah lebih utama dari mereka yang kekurangan dalam harta.

Wallahu'alam bi showab

Minggu, 06 November 2011

Atas Nama Cinta

Kata orang, Jika jatuh cinta, gula jawa rasa coklat. Apapun yang biasa jadi luar biasa, yang tidak mungkin jadi mungkin. Lagu lama, gunung kan ku daki, lautan kan ku seberangi.
Cinta, sebuah kata yang mengandung makna sedasyat momentum fusi dan fisi dalam mentari.

Atas nama cinta pula, kadang manusia berbuat di luar logika. Adakah seorang ayah yang rela menyembelih anak kesayangannya? Yang telah dinanti selama puluhan tahun? Bahkan ratusan tahun? Tapi itu nyata adanya dalam sepenggal kisah perjalanan Nabi Ibrahim nan mulia.

Alkisah, Nabi Ibrahim yang telah uzur belum dikaruniai putra. Namun usia yang lebih dari 900 tahun tidak menyurutkan doanya kepada Alloh untuk memperoleh seorang putra. Akhirnya atas inisiatif istri pertamanya, Sarah, nabi Ibrahim menikahi ibunda Hajar. Dan Alloh pun mengabulkan doanya. Ibunda Hajar mengandung. Seorang putra yang kelak akan meneruskan dakwahnya. Betapa bahagianya.

Namun, ujian Alloh datang menyapa. Karena rasa kecemburuan, ibunda Sarah meminta agar ibunda Hajar dibawa pergi jauh dari rumahnya. Dan Alloh pun mengijinkan. Maka atas nama cinta...  Dengan hati remuk redam, dibawalah sang istri dengan calon buah hati ke padang pasir tak bertuan. Hanya sebuah gubuk, sekantong makanan dan minuman yang di berikan, istri pun di tinggalkan.
"Apakah kau akan meninggalkan Aku dan anakmu?" ibunda Hajar bertanya saat nabi Ibrahim beranjak pergi. Tak ada kata yang keluar. Berpaling pun tidak. Tiga kali diulangi pertanyaan itu namun tak ada jawaban. Maka ibunda Hajar pun merubah pertanyaannya, "Apakah ini perintah Alloh?. Barulah nabi Ibrahim menjawab singkat, "Ya".
Maka, atas nama cinta ibunda Hajar rela ditinggalkan.

Ketika melahirkan tanpa seorang pun yang menemaninya, ibunda Hajar bisa berlari jauh dari bukit Safa ke Marwa. Demi sang buah hati yang kehausan. Baru saja melahirkan dengan segenap sakit dan letihnya, namun ia bisa melakukannya. Mengapa? Semua karena cinta.... Atas nama cinta.

Waktu berlalu, sang nabi dan putranya berkumpul kembali dan bersatu. Sebuah keluarga yang bahagia. Namun, sebuah cinta meminta lagi pembuktian. Sebuah pengorbanan yang luar biasa diminta oleh Sang Kekasih sejati. Nabi Ibrahim bermimpi diperintah Alloh menyembelih putra kesayangannya. Akankah?

Atas nama cinta.... mimpi itu dijalaninya. Ibunda Hajar tanggap ada perintah lagi dari Sang Kekasih, hanya doa yang bisa ia lantunkan saat sang buah hati di bawa pergi. Di sebuah bukit, di depan batu besar, seorang ayah berkata pada putra kesayangannya, "Duhai anakku, sesungguhnya aku diperintah Alloh untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?". Nabi juga manusia, bisa kita bayangkan getar suaranya menahan kepedihan hatinya. Namun lebih luar biasa jawab dari sang putra kecilnya, "Duhai ayah, jikalau ini perintah Alloh, aku rela. Dan kau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar".  Subhanalloh.... Semua karena cinta....

Cukup bukti bagi Sang Pecipta, Tuhan Yang Maha Esa, Alloh SWT besar cinta dari nabi Ibrahim kepadaNYa, saat parang telah menempel di leher ananda Ismail tercinta. Di utuslah Jibril menggantinya dengan domba. "Allohu Akbar... Allohu Akbar..." pekik haru dari Nabi Ibrahim. "La ilaha Illalloh... Allohu akbar" sahut Malaikat Jibril. "Allohu Akbar wa lillahilham"sahut Ismail kecil. Dan alam pun bergetar, langit pun berguncang. Sebuah pengorbanan besar telah ditunjukkan. Semua atas nama cinta. Cinta agung yang melebihi semua cinta. Cinta di atas cinta. Cinta pada Alloh, Tuhan sang pencipta.
semua.... atas nama cinta.

Belum cukupkah bagi kita teladan luar biasa dari ayahanda nabi Ibrahim dan ananda Ismail kecil? Pengorbanan atas pengakuan cinta mereka pada Alloh. Tak bisa lagi diingkari. Bukti telah nyata.
Lalu kita? Bukti yang mana yang akan kita persembahkan kepada Alloh saat bibir kita berkata, "Aku mencintai Alloh", "Cinta pada Alloh di atas segala-galanya".

Lantunan lagu lama Snada yang sayup, terasa bertalu - talu di dada.

Sering kita merasa taqwa, tanpa pernah menimbang rasa
Mencuri-curi diam-diam ingkar hati
Pada Alloh mengaku cinta, walau pada kenyataannya
pada harta pada dunia, tunduk seraya menghampa.....

Belajar dari Ibrahim,,, belajar untuk mencintai Alloh....

Malu pada bapak para ambiyak
Patuh dan taat kepada Alloh semata
Tanpa pernah berucap kata-kata
Jalankan perintah tiada banyak bicara....

ATAS NAMA C I N T A