Minggu, 06 November 2011

Atas Nama Cinta

Kata orang, Jika jatuh cinta, gula jawa rasa coklat. Apapun yang biasa jadi luar biasa, yang tidak mungkin jadi mungkin. Lagu lama, gunung kan ku daki, lautan kan ku seberangi.
Cinta, sebuah kata yang mengandung makna sedasyat momentum fusi dan fisi dalam mentari.

Atas nama cinta pula, kadang manusia berbuat di luar logika. Adakah seorang ayah yang rela menyembelih anak kesayangannya? Yang telah dinanti selama puluhan tahun? Bahkan ratusan tahun? Tapi itu nyata adanya dalam sepenggal kisah perjalanan Nabi Ibrahim nan mulia.

Alkisah, Nabi Ibrahim yang telah uzur belum dikaruniai putra. Namun usia yang lebih dari 900 tahun tidak menyurutkan doanya kepada Alloh untuk memperoleh seorang putra. Akhirnya atas inisiatif istri pertamanya, Sarah, nabi Ibrahim menikahi ibunda Hajar. Dan Alloh pun mengabulkan doanya. Ibunda Hajar mengandung. Seorang putra yang kelak akan meneruskan dakwahnya. Betapa bahagianya.

Namun, ujian Alloh datang menyapa. Karena rasa kecemburuan, ibunda Sarah meminta agar ibunda Hajar dibawa pergi jauh dari rumahnya. Dan Alloh pun mengijinkan. Maka atas nama cinta...  Dengan hati remuk redam, dibawalah sang istri dengan calon buah hati ke padang pasir tak bertuan. Hanya sebuah gubuk, sekantong makanan dan minuman yang di berikan, istri pun di tinggalkan.
"Apakah kau akan meninggalkan Aku dan anakmu?" ibunda Hajar bertanya saat nabi Ibrahim beranjak pergi. Tak ada kata yang keluar. Berpaling pun tidak. Tiga kali diulangi pertanyaan itu namun tak ada jawaban. Maka ibunda Hajar pun merubah pertanyaannya, "Apakah ini perintah Alloh?. Barulah nabi Ibrahim menjawab singkat, "Ya".
Maka, atas nama cinta ibunda Hajar rela ditinggalkan.

Ketika melahirkan tanpa seorang pun yang menemaninya, ibunda Hajar bisa berlari jauh dari bukit Safa ke Marwa. Demi sang buah hati yang kehausan. Baru saja melahirkan dengan segenap sakit dan letihnya, namun ia bisa melakukannya. Mengapa? Semua karena cinta.... Atas nama cinta.

Waktu berlalu, sang nabi dan putranya berkumpul kembali dan bersatu. Sebuah keluarga yang bahagia. Namun, sebuah cinta meminta lagi pembuktian. Sebuah pengorbanan yang luar biasa diminta oleh Sang Kekasih sejati. Nabi Ibrahim bermimpi diperintah Alloh menyembelih putra kesayangannya. Akankah?

Atas nama cinta.... mimpi itu dijalaninya. Ibunda Hajar tanggap ada perintah lagi dari Sang Kekasih, hanya doa yang bisa ia lantunkan saat sang buah hati di bawa pergi. Di sebuah bukit, di depan batu besar, seorang ayah berkata pada putra kesayangannya, "Duhai anakku, sesungguhnya aku diperintah Alloh untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?". Nabi juga manusia, bisa kita bayangkan getar suaranya menahan kepedihan hatinya. Namun lebih luar biasa jawab dari sang putra kecilnya, "Duhai ayah, jikalau ini perintah Alloh, aku rela. Dan kau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar".  Subhanalloh.... Semua karena cinta....

Cukup bukti bagi Sang Pecipta, Tuhan Yang Maha Esa, Alloh SWT besar cinta dari nabi Ibrahim kepadaNYa, saat parang telah menempel di leher ananda Ismail tercinta. Di utuslah Jibril menggantinya dengan domba. "Allohu Akbar... Allohu Akbar..." pekik haru dari Nabi Ibrahim. "La ilaha Illalloh... Allohu akbar" sahut Malaikat Jibril. "Allohu Akbar wa lillahilham"sahut Ismail kecil. Dan alam pun bergetar, langit pun berguncang. Sebuah pengorbanan besar telah ditunjukkan. Semua atas nama cinta. Cinta agung yang melebihi semua cinta. Cinta di atas cinta. Cinta pada Alloh, Tuhan sang pencipta.
semua.... atas nama cinta.

Belum cukupkah bagi kita teladan luar biasa dari ayahanda nabi Ibrahim dan ananda Ismail kecil? Pengorbanan atas pengakuan cinta mereka pada Alloh. Tak bisa lagi diingkari. Bukti telah nyata.
Lalu kita? Bukti yang mana yang akan kita persembahkan kepada Alloh saat bibir kita berkata, "Aku mencintai Alloh", "Cinta pada Alloh di atas segala-galanya".

Lantunan lagu lama Snada yang sayup, terasa bertalu - talu di dada.

Sering kita merasa taqwa, tanpa pernah menimbang rasa
Mencuri-curi diam-diam ingkar hati
Pada Alloh mengaku cinta, walau pada kenyataannya
pada harta pada dunia, tunduk seraya menghampa.....

Belajar dari Ibrahim,,, belajar untuk mencintai Alloh....

Malu pada bapak para ambiyak
Patuh dan taat kepada Alloh semata
Tanpa pernah berucap kata-kata
Jalankan perintah tiada banyak bicara....

ATAS NAMA C I N T A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar