Joke itu kubaca di buku kumpulan dongeng dan cerita berbahasa Inggris
dulu sekali waktu SMA. Julukan itu diberikan pada Indonesia.
Tidak terima sebenarnya, namun itulah kenyataannya. Kemana mata memandang yang ada sampah berserakan.
Belum adanya kesadaran menjaga lingkungan dari warga semakin
memperparah keadaan. Juga pemerintah yang tidak mendukung dengan aturan
dan perundang-undangan. Sebagai contoh Malaysia ada polisi yang khusus
memantau kebersihan. Tugasnya memberi sanksi bagi orang yang membuang
sampah sembarangan.
Untuk membiasakan peduli pada lingkungan harus kita budayakan sejak
kecil. Agar kesadaran tertanam mendalam dan menjadi kebiasaan. Bukankah
islam cinta kebersihan?
Pembiasaan yang bisa kita lakukan :
1. Membuang sampah pada tempatnya
ajarkan pada anak-anak kita untuk selalu membuang sampah pada tempat sampah.
Meski setiap hari kita harus mengingatkan.
2. Letakkan tempat sampah dimana saja
semakin banyak tempat sampah tersedia, semakin baik. Jadi tidak ada
alasan orang membuang sampah sembarangan karena tidak ada tempat sampah.
3. Menyimpan sampahnya sementara, jika tidak ada tempat sampah
meski pembungkus permen, meski selembar tisu.
Jika tidak ada tempat sampah bukan berarti kita bisa membuang sampah
sembarangan. Masukkan dulu bungkus permennya dalam saku, simpan dulu
tissu kotornya di tas. Nanti jika ada tempat sampah baru kotoran itu
kita buang.
Juga ketika di dalam mobil. Kita letakkan dulu di tas kresek, baru
nanti kita buang ke tempat sampah. Bukan kita buang disepanjang
perjalanan.
4. Menjadilah contoh pada anak-anak kita
bagaimana kita menyuruh anak-anak membuang sampah pada tempatnya
jika kita sendiri membuang bungkus permen, tissu kotor sembarangan?
Semoga kesadaran itu semakin berkembang dan tak ada lagi sebutan 'tempat sampah terbesar di dunia'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar