Pagi ini setelah sarapan, anak-anak saya ajak pergi ke kebun. Mumpung libur dan belum puasa, dimanfaatkan untuk bersih-bersih.
Teringat peristiwa yang melatarbelakangi adanya kebun jati ini.
Sekitar tahun 2007, siang itu menunggu teman-teman untuk kajian.
Iseng kubuka selembar koran yang berada di lantai masjid. Perhatianku
langsung tertuju pada kolom tausiyah
seorang ustadz. Lupa, arifin ilham ato uje ya. Bahasannya singkat, padat
namun sangat mengena. Ustadz itu menasehati tentang niat dan keinginan
naik haji. Tak ada yang tidak mungkin jika kita mau dan berusaha
diiringi doa.
Jika ingin naik haji tanamlah pohon jati. Sebuah pohon jati tak
perlu banyak perawatan, cukup tanam dan tunggu 25tahun lagi ia dapat
digunakan untuk naik haji. Ayo ke pekarangan, dan tanamlah pohon jati
sekarang.
Begitu kira-kira nasehat dari sang ustadz.
Subhanallah, nasehat itu begitu membekas di hatiku. Usaha, intinya.
Doa sebagai pendorongnya. Ingin segera pulang dan menanam jati di
pekarangan. Tapi masalahnya, tak ada tempat kosong lagi di pekarangan.
Tekat sudah bulat, harus mencari pekarangan dulu untuk bisa menanam jati.
Pertolongan Allah datang. Ada tetangga menawarkan tanah pekarangan
yang jaraknya hanya 50m dari rumah. Padahal tak ada uang tapi diiyakan.
Ketika niat, usaha, doa disatukan kemudahan-kemudahan terasa didekatkan.
Jadilah kini sebuah kebun dengan sekitar 40 sampai 50 jati di
dalamnya. Hmm, tak terasa telah 7 tahun jati-jati ini tumbuh. Inginnya
segera besar agar bisa segera pergi ke tanah suci. Namun memang harus
bersabar.
Allah maha kaya, ini hanya sekedar ikhtiar seorang hamba. Yakin
rezeqi bisa datang dari arah yang tak di sangka-sangka. Hingga tak perlu
menunggu jati-jati ini menua.
Ingin naik haji? Tanamlah pohon jati
Labbaikallah humma labbaik..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar