Pagi nan gerimis syahdu, saat menginjakkan kaki di taman balekambang,
tawangmangu. Udara dingin pegunungan semakin terasa menusuk tulang.
Ketika berjalan menuju BPTP, tanpa sengaja mataku menangkap sesosok
nenek tua mengais-ngais sampah di sebuah TPA di pinggir jalan. Tanpa
payung atau pun penutup kepala. Rasa iba langsung ada. Binggung harus
bagaimana. Menghampirinya dan memberi
selembar uang, tepatkah? Apa nanti sang nenek malah akan tersinggung?
Saya bukan orang kaya. Jika memberi juga tak seberapa. Namun sampai
melewati sang nenek, tak ada yang kulakukan. Ah, ini yang selalu
membuatku sebal pada diri sendiri. Terlalu takut untuk mengambil
keputusan. Terlalu takut mengambil resiko. Tatap sang nenek saat
kumelewatinya terasa menusuk di dada.
Pun ketika kulihat lagi seorang nenek, yang lebih tua dari yang
tadi, memunggut kertas di depan warung makan lagi-lagi tak ada yang
kulakukan. Harusnya diusia kalian tak sepantasnya melakukan suatu
pekerjaan. Kemana anak cucumu nek?
Saat di pasar pemandangan serupa kembali kudapati. Nenek-nenek tua
membawa 'senik' dan kain gendong menawarkan jasa kepada pembeli sebagai
kuli gendong. Sungguh tidak habis pikir apakah tak ada sanak saudara
yang kalian miliki? Hingga di usia senja seperti ini kalian masih harus
mencari nafkah sendiri.
Tiba-tiba dua orang pemuda menghampiri sambil menyodorkan plastik
bekas bungkus permen ke dekatku. Rupanya mereka pengamen. Salah seorang
berkata,'kasihan bu, buat beli makan.' seketika rasa marah menyeruak
dalam hatiku. Tak tahu malu itu yang ada dipikiranku. Coba lihat dirimu
gagah, masih muda, tapi tak lebih hanya meminta-minta. Sedang
nenek-nenek tua pun tak meminta-minta. Mereka bekerja menggadaikan
tenaga rentanya demi selembar dua lembar uang ribuan. Ada yang terbakar,
ada yang tersayat di dadaku. Terlalu. Dan tak kuberi pemuda itu
serupiah pun, karena aku benar-benar marah atas jiwa kerdilnya
saat menunggu teman membeli bunga, ku edarkan pandanganku.
Tertangkap oleh mataku seorang ibu berpostur pendek berjalan
terpincang-pincang berjalan menuju kearahku. Kuperhatikan kaki kirinya
cacat. Dibahunya terselempang kain gendong. Kuli gendong pikirku. Benar.
Dia menawarkan jasanya untuk membawakan belanjaanku. Sebenarnya aku
bisa membawa sendiri, namun kuniatkan jadi jalan rezeqi untuk sang ibu.
Aku tak mau menyesal lagi. Sungguh tak tega melihatnya berjalan
terseok-seok. Tanpa beban dipunggungnya ia sudah sulit berjalan apalagi
ditambah membawa beban 10kg belanjaanku.
Tuhan, selalu Kau pertemukan aku dengan mereka karena ku tahu Engkau
ingin mengajariku untuk lebih bersyukur. Diluar sana masih banyak orang
kekurangan.
Ampuni hamba yang tak mampu berbuat apa-apa. Limpahkan karuniaMu,
kasihani mereka. Curahkan rezeqi padanya, beri kesehatan lahir dan
batinnya. Karena hanya Engkaulah Maha Segala-galanya. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar