Jumat, 21 November 2014

Pahlawan Sejati

Kepahlawanan acap kali diidentikkan dengan sebuah peperangan. Konfrontasi langsung yang selalu tampak hingar bingar. Apakah demikian?

Puluhan tahun lalu ketika seorang ustadz memilih mendekati kaum selebriti banyak pihak mencibir. Tersenyum sinis. Buat apa berdakwah pada para artis yang hidupnya tak lebih sekedar bisnis. Namun kini ketika banyak artis tersentuh kasih dan menjalankan syariat bahkan melebihi orang-orang biasa, mereka yang semula sinis ikut tersenyum dan bertepuk dada. Dakwahku juga diterima mereka.

Sepuluhan tahun yang lalu, ketika segelintir orang merangkul anak jalanan, pedagang asongan bahkan preman, banyak mata yang menatap mencemoohkan. Dipertanyakan pergaulannya, dengan berdalil panjang lebar. Kini betapa banyak orang yang dulu pedagang asongan mempunyai usaha sendiri yang lumayan mapan. Anak-anak jalanan yang dapat mengenyam pendidikan dan lebih tertata hidupnya.

Lima tahunan yang lalu beberapa orang mencoba mendekati masyarakat peminum minuman keras. Bahkan mereka mempunyai perkumpulan peminum minuman keras. Caci maki mulai didapati. Bahkan dari kalangan saudara sendiri. Duduk-duduk bersama mereka itu sudah haram dalil mereka. Tanpa melihat niat untuk apa ia duduk bersama mereka. Sekarang ketika para peminum itu sebagian besar telah meninggalkan kebiasaannya, hidup normal seperti kebanyakan dari kita, bahkan tak sedikit yang mendalami ilmu agama, mereka yang semula menghina tak mampu lagi berkata-kata.

Masih banyak saudara kita yang rela menjadi bahan ejekan, cacian, makian, bahkan fitnah keji untuk menebar cahaya illahi kepada setiap insan di bumi. Tanpa terkecuali.

Merekalah pahlawan sejati yang jauh dari publikasi. Bersahabat dengan kontroversi.
Karena yang mereka tahu Tuhan Maha Melihat setiap niat di dalam hati.
Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar