Kamis, 05 Juli 2012
Filosofi Jari Tangan buat Sepasang Pengantin
Memasuki "dunia baru" begitu biasa kita menamai pada pasangan yang baru saja mengikrarkan janji di depan seorang wali dan seorang penghulu.
Hidup yang selama ini dijalani sendiri, kini telah ada teman disisi yang menemani.
Segalanya memang serba "baru"
Agar tak gamang dalam menapaki, ikuti filosofi dari jari-jari yang ada di tangan kita.
1. Filosofi Ibu Jari = Jempol
Jangan pelit untuk mamberi pujian.
Bagi pengantin baru, jangan malu-malu memuji pasangannya. Mungkin masakannya, penampilannya, atau apapun.
Meski kadang pujian itu tidak seperti pada kenyataannya.
Misal, masakan sang istri sebenarnya asin, jangan dikatakan, katakan saja "Masakan adhek enak"
Bohong demikian diperbolehkan dalam islam.
Buat pasangan lama pun harusnya juga demikian.
2. Filosofi Jari Telunjuk
Suami jangan hanya suka memerintah
Tetapi kedepankan sebagai teladan. Tak ada salahnya membantu pekerjaan istri jikalau sedang berada di rumah.
Tak mesti harus selalu dilayani, tetapi lihat juga kondisi istri.
Misal, istri sibuk memasak suami membuat minum sendiri, atau bahkan membantu mencuci.
Rosul saja mencuci baju dan menjahitnya sendiri.
3. Filosofi Jari tengah
Jadilah ditengah-tengah, adil tidak berat sebelah.
Ketika perjalanan waktu, rumah tangga tak seindah diawal perjalanan.
Saat itulah kedewasaan kedua pasangan diuji.
Ketika menghadapi masalah, bersama dihadapi.
Bukan sedikit-sedikit ngambek dan pulang ke rumah orang tua.
Berita apa pun yang diterima diluar, ditabayunkan, dicros-cek ulang.
Bukan malah mengikuti apa-apa yang dikatakan orang.
4. Filosofi Jari Manis
Selalu bersikap manis.
Menyenangkan hati pasangan. Diawal-awal hal ini mudah dilakukan, namun sekian lama waktu berjalan hal ini mungkin mulai dilupakan.
Menjaga sikap agar suami atau istri merasa nyaman. Senyum selalu dikedepankan juga kata-kata dipilih yang manis.
Sehingga keluarga yang sakinah mawaddah warahmah (+barokah) bisa terbina sampai akhir.
5. Filosofi jari Kelingking
Selalu bersikap baik, tidak hanya pada pasangan tetapi juga pada keluarga besar serta meminimalkan keburukan meski kecil.
Hakikat pernikahan adalah menyatukan dua buah keluarga besar.
Sehingga tak ada lagi istilah "mu" dan "ku". Yang ada adalah kita.
Jika jari ini dibalik maka artinya jelek, menghina dan melecehkan.
Jadi jangan sampai kita terbalik-balik dalam bersikap.
Keutuhan dalam berumah tangga itu yang utama
Semoga kita bisa menerapkan filosofi ini dalam kehidupan berumah tangga kita.
Aamiin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar